Updates from December, 2009 Toggle Comment Threads | Keyboard Shortcuts

  • Amelia Rozianty 1:57 PM on December 22, 2009 Permalink | Reply
    Tags: , Mom, Sacrifice   

    Kasih ibu sepanjang masa 

    Selamat hari ibu, sayang ibu selalu. Itu lah satu dari sekian banyak variasi kalimat yang dilontarkan mulut seorang anak pada hari ini. Tapi sudah kah kita memaknai ucapan itu ?! Apa bentuk apreasiasi tertinggi rasa sayang seorang anak terhadap ibunya ?! Tulus kah rasa sayang yang telah kita berikan ?! Apapun jawabannya, kasih sayang seorang anak tidak akan bisa menandingin kasih sayang seorang ibu.

    Defenisi ibu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2003), “ibu” berarti wanita yang telah melahirkan seorang anak.

    Sedangkan menurut Kartono (1992), ibu adalah seorang yang mendidik anak, memelihara fisik anak dan harus melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis anak agar anak bisa mengadakan adaptasi terhadap lingkungan sosial, melatih anak agar mampu mengendalikan insting-insting agar anak menjadi manusia yang disiplin, terkendali dan menjadi baik.

    Partasari (2006), menambahkan ibu adalah orang yang memberikan perlindungan dan keteraturan, orang yang harus menciptkan ikatan emosional kuat sehingga dapat membentuk anak lebih bersikap empati dan memberikan penguasaan diri yang baik.

    Sedangkan Marzuki (2008) menyatakan ada beberapa karakteristik ibu, diantaranya sebagai berikut:

    a. Kasih sayang yang tulus
    Ibu yang sejati akan memberikan kasih sayang yang tulus, bukan hanya dalam bentuk belaian namun juga dalam hal pendidikan. Disamping kebutuhan fisik, kebutuhan rohani pun diberikan sedini mungkin.

    b. Perasaan yang lembut
    Ibu yang sejati dapat membaca situasi jiwa anaknya hanya dengan melihat raut muka dan tingkah laku sang anak. Perasaan terhadap anaknya begitu halus lembut, saat anaknya dihadapkan pada situasi yang sulit.

    c. Pemberi nasihat yang baik
    Ibu yang sejati suka dan senantiasa memberi nasihat kepada anaknya. Pemberian nasihat ini didorong oleh keinginan ibu untuk melihat anaknya mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya, oleh karena itu ibu selalu menjadi konselor dan tempat mengadu anak-anaknya yang baik.

    d. Penyabar dan berlapang dada
    ibu yang sejati dapat terlihat dengan sifat sabar dan lapang dadanya. Bukan sang ibu tidak pernah marah, namun ibu pandai dan mampu mengawal perasaannya.

    e. Lembut namun tegas
    Ibu dapat menempatkan situasi dimana saat-saat lembut dan dimana saat-saat tegas. Disaat-saat tegas, sifat lembutnya masih tetap terjaga.

    f. Tidak pilih kasih
    Seorang ibu yang sejati akan menyamaratakan kasih sayang terhadap anak-anaknya sendiri maupun terhadap anak orang lain

    Dari berbagai defenisi di atas, telah membuktikan bahwa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya begitu tulus, begitu dalam dan tak tertandingi. Sanggupkah kita menggantinya ?! Jawabannya tentu saja tidak. Setiap cucur keringat, setiap tetes air mata yang seorang ibu keluarkan adalah bentuk pengorbanan yang dia lakukan dengan ikhlas. Maka dari itu, hormatilah ibu. Berbaktilah kepadanya, karena dalam setiap doanya dia tidak akan pernah lupa menyebutkan namamu.

    Referensi :
    Depertemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Jakarta.
    Kartono, Kartini, DR. (1996). Psikologi umum. Bandung: CV. Mandar Maju.
    Marzuki. (2008). Ciri-ciri ibu sejati. http://bfs131.blogspot.com/2008/12/ciri-ciri-ibu-sejati.html
    Partasari, D. W. (2006). Ikatan ibu dan anak. Jakarta: Inspired Kids.

     
  • Amelia Rozianty 6:15 PM on December 17, 2009 Permalink | Reply
    Tags: Intervention, Lies, Suspicious   

    Monster yang bernama tamak 

     

    Apa yang akan kamu lakukan jika integritas personalmu disentil ?! Marah ?! Jelas !! Kesal ?! Pasti !! Kenapa ?! Karena ketika hal yang sebenarnya begitu pribadi jika dipaparkan di depan publik, maka itu adalah sebuah bentuk pencorengan identitas. Berbagi adalah suatu bentuk kenyamanan diri. Di saat kita merasa aman untuk menyampaikan hal – hal yang berkenaan personilitas dengan orang lain, maka itu merupakan satu bentuk kepercayaan.

    Tapi segala sesuatu tentu punya dua sisi, ying dan yang. Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan itu pelan – pelan akan berubah menjadi monster yang bernama ketamakan. Ketika kepercayaan tak lagi tau, maka ketamakan akan berusaha untuk mengorek – orek sisi personalitas tersebut.

    Care, peduli itu mungkin basicnya. Tapi kenapa rasa tersebut bisa berubah menjadi ikut campur alias intervensi ?! Karena rasa kepemilikan yang tinggi. Ini yang susah untuk menahannya. Ketika kedekatan dengan seseorang terjalin, maka pelan – pelan rasa tamak untuk menguasai orang tersebut akan muncul.

    Ketamakan tersebut, nanti akan menghasilkan kejahatan – kejahatan yang lain seperti rasa curiga, buruk sangka yang akan berakhir dengan membentuk kesimpulan sendiri. Itu merupakan sebuah kompensasi untuk mengobati dahaga penasaran yang ada selama ini.

    Well, rasa ingin tau itu memang sifat dasar manusia. Tak bisa dihilangkan. Dan selamanya akan tertanam dalam diri orang tersebut. Walaupun tak bisa dihilangkan, bukan berarti tidak bisa dikontrol. Kendali diri yang berperan penting disini. Tidak selamanya ketidaktahuan membawamu dalam gerbang kebodohan. Ketidaktahuan kadang dapat menyelamatkanmu dari sebuah petaka sosial.

    Always remember that everyone has three lives: A public life, a private life, and a secret life. Jadi jangan coba – coba mengutak atik hidup sesorang apalagi kehidupan pribadi terlebih lagi kehidupan rahasianya. And of course we can never judge life of others, do respect with it, because only them know their pain and renunciation

    Ok, akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua.

     
  • Amelia Rozianty 2:16 AM on December 17, 2009 Permalink | Reply
    Tags: Dream, , Reach   

    Pursuit dream 

     

    Dua kosong satu, 2:01 AM, tiga deret angka yang ada di pojok kanan bawah monitor LCD ini menyadarkan aku kalau sekarang sudah dini hari. Seharusnya aku berada di kasurku yang nyaman dengan bantal guling yang empuk dan selimut yang menghangatkan malamku yang dingin. Tapi sampai saat ini mataku masih terbuka lebar, aku masih tetap setia menatap monitor yang mungkin kalau dia bisa bicara dia akan berteriak untuk minta diistirahatkan sejak dari tadi.

    Terpikir olehku, apa jadinya kalau benda2 disekitar kita bisa bicara. Hal apa saja yang akan mereka katakan. Jika kasurku bisa bicara mungkin dia akan merayuku untuk segera merebahinya dan selimutku akan berkata bahwa dia akan mengantarku ke alam mimpi yang indah.

    Khayalan dan mimpi, tak ada batasan yang tegas atas 2 jenis imajinasi ini. Yang jelas keduanya sama – sama butuh usaha keras untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Memang mewujudkan khayalan terdengar lebih susah karena kadang khayalan hanya berupa fantasi tentang serangkaian pikiran, perasaan, gambar, dan emosi. Lalu bagaimana dengan mimpi. Mimpi dapat didefinisikan sebagai cita – cita, suatu hal yang sangat kita inginkan. Impianku adalah menjadi seorang wanita mapan and beloved wife and mom for my family. Simple memang, tapi mewujudkannya pasti tidak mudah.

    Sebagai seorang pisces yang memiliki karakter pemimpi, aku kadang tersesat dalam mimpiku tapi aku harus menata ulang prioritas mimpi itu agar semua dapat terwujud satu per satu. Karena terlalu banyak mimpi akan membuat kita mengutak atik dan lupa untuk membuatnya menjadi kenyataan. Mau ini mau itu, banyak sekali. Tetapi sekarang aku tahu, setidaknya aku harus bisa memilah-milih mimpi yang sesuai dengan kapabilitas aku dan aku sudah mulai membangun mimpi itu untuk beberapa dekade ke depan.

     
  • Amelia Rozianty 12:26 AM on December 16, 2009 Permalink | Reply
    Tags: Africa, Safari   

    Dreaming of wild safari in Africa with my mate, perhaps gonna be a perfect honeymoon 🙂

     
  • Amelia Rozianty 12:09 AM on December 16, 2009 Permalink | Reply
    Tags: , , , , Pray   

    Chatting dengan Tuhan 

     

    BUZZ !!

    TUHAN : Kamu memanggilKu ?!

    AKU: Memanggilmu ?! Tidak, Ini siapa ya ?!

    TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang – bincang denganmu.

    AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.

    TUHAN : Sedang sibuk apa ?! Semut juga sibuk.

    AKU: Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.

    TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, produktifitas membebaskan waktu.

    AKU: Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.

    TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.

    AKU: OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit ?!

    TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.

    AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang ?!

    TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.

    AKU: Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.

    TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.

    AKU: Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.

    TUHAN : Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah sebuah pilihan.

    AKU: Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu
    menderita ?!

    TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik bukan sebaliknya.

    AKU: Maksudnya pengalaman pahit itu berguna ?!

    TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.

    AKU: Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu ?! Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah ?!

    TUHAN : Masalah adalah Rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental. Kekuatan dari dalam diri bisa keluar dari perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.

    AKU: Sejujurnya ditengah segala persoalan ini, kami tidak tahu
    kemana harus melangkah…

    TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.

    AKU: Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan ?!

    TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu.

    AKU: Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi ?!

    TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.

    AKU: Apa yang menarik dari manusia ?!

    TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya “Mengapa harus aku ?!”. Jika mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya “Mengapa harus aku ?!”.

    AKU: Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini ?!

    TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.

    AKU: Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini ?!

    TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.

    AKU: Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.

    TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.

    AKU: Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.

    TUHAN : Oke. Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan. Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.

     
  • Amelia Rozianty 12:07 AM on December 16, 2009 Permalink | Reply
    Tags: , ,   

    Love isn’t blind 

     

    Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat. Miskonsepsi pertama yang harus ditentang adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat.

    Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok dari mana kita berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan. Cinta membutuhkan proses, anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama adalah salah. Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks. Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja.

    Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena “cinta pada pandangan pertama” adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus “cinta pada pandangan pertama”, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta, mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.

    Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi. Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, tidak menghargai privacynya, mengatur seleranya berbusana, selalu mengkritik semua kekurangannya) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.

    Cinta itu konstruktif. Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.

    Cinta tidak melenyapkan semua masalah. Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit. Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang berarti tidak benar-benar mencinta, cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia  malah mengenyampingkan problem.

    Cinta cenderung konstan. Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.

    Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik. Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik memang penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

    Cinta tidak buta, tapi menerima. Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin diperbaiki.

    Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan. Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

    Cinta berani melakukan hal menyakitkan. Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata “tidak” saat anaknya meminta es krim, padahal sedang flu.

    Begitulah kita semua seharusnya bersikap pada pasangan….

     
c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Reply
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Go to top
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Cancel